Selamat datang di Blog Karya Islami

Yaa Allah, Guide me all the way to Your Jannah...

Jumat, 02 September 2011

Bangkitlah, Pemuda Islam!

               
               Pemuda. Sebuah fase dalam perjalanan hidup manusia. Fase di mana pribadi seorang manusia sedang mencari jati diri, mencari sebuah arti kehidupan. Sebab itulah, seorang manusia pada fase ini, akan tumbuh segenap potensi dirinya. Pola pikir, kreativitas, mental, kedewasaan, kebijaksanaan akan tumbuh pesat saat memasuki fase ini. Tentu dengan ciri-ciri seperti di atas, pemuda merupakan fase paling potensial untuk melebarkan sayap dakwah Islamiyah. –Seharusnya- paling bersemangat meninggikan kalimat-kalimat Allah. Juga paling berpeluang untuk mengibarkan panji Islam. Dengan segudang kemampuan dan keterampilan, pemuda memang pantas ditempatkan dalam barisan depan dalam mengembangkan dakwah ini.
                Namun, sayang beribu sayang, kenyataan yang terjadi tidaklah semanis itu. Realita yang tersaji di depan mata tidak mencerminkan demikian. Pemuda Islam masa kini, telah loyo, termakan propaganda-propaganda yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Amunisi mereka, seolah benar-benar telak mengenai pemuda Islam masa kini. Lagu-lagu cengeng yang berlabel ‘romantisme’ sudah menggantikan ketinggian Al-Qur’an. Film-film perusak moral bagaikan jamur beracun yang tersebar. Perilaku-perilaku amoral oleh pemuda Islam seakan sudah menjadi penghias layar kaca dan media cetak sehari-hari. Pemuda Islam masa kini, pun sudah dijejali berbagai macam pemikiran-pemikiran apatis terhadap Islam, agamanya sendiri! Dan, senjata mereka yang paling ampuh, Virus Merah Jambu, seakan sudah mengalir dalam denyut keseharian mereka, pemuda Islam masa kini.
                 Jika kita menapaktilasi sejarah para sahabat Rasulullah, mungkin kita akan tertegun. Kita mengenal Usamah ibn Zaid, seorang panglima perang termuda. Bayangkan, di usianya yang belum menginjak 20 tahun, sudah diamanahkan oleh Rasulullah, untuk menjadi panglima perang dalam sebuah ekspedisi militer melawan tentara Romawi di Syiria. Semuda itukah? Ya, begitulah tinta emas sejarah menulis.
                Ada juga Ali ibn Abi Thalib. Di usia 20 tahunan, dengan berani ia menempati tempat tidur Rasulullah, untuk menggantikan beliau yang saat itu hendak dibunuh oleh kaum Quraisy ketika ingin hijrah ke Yatsrib. Tinta emas sejarah juga menorehkan nama Abdullah ibn Abbas. Seorang pakar ilmu yang luar biasa.
                Ada pula sederet nama lainnya, seperti Mu’adz ibn Jabal, Salamah ibn Al-Akwa’, Samurah ibn Jundab, Anas ibn Malik, Abdullah ibn Umar, Zaid ibn Tsabit, Rafi’ ibn Khudaij, Abu Sa’id Al-Khudri, dan masih banyak lagi. Pemuda Islam kader Rasulullah itu tercatat oleh tinta emas sejarah. Keharuman namanya sudah tak dapat dipungkiri lagi. Semangat juang, kejernihan hati, kemurnian iman, kearifan pemikiran, serta kesempurnaan akhlak mereka, seharusnya menjadi panutan bagi kita, pemuda Islam masa kini.
                Walaupun, harus kita akui, mereka dapat menjadi hebat seperti itu, karena mereka dibimbing langsung oleh Rasulullah. Mereka menyerap ilmu, mencecap manisnya keimanan, langusng dari Rasulullah. Rasulullah benar-benar menjadi teladan bagi mereka.
               
                Sayangnya, zaman inipun, kebangkitan pemuda Islam juga terhambat oleh minimnya para tokoh Islam yang dapat dijadikan teladan sejati. Mereka –pemuda Islam masa kini- terlalu banyak dijejali teladan-teladan yang buruk akhlaknya. Sehingga, mereka menjadi liar, tergila-gila oleh teladan buruk yang diidolakannya itu. Akhirnya, tak heran jika pemuda Islam masa kini semakin jauh dari Islam. Terbawa arus yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam.
                Pada akhirnya, memang harus diadakan perbaikan dari kedua belah pihak. Dari pihak senior, berikanlah contoh yang baik kepada para pemuda. Jadilah teladan, meski memang tak bisa seperti Rasulullah, minimal mendekati lah. Dari pihak pemuda, juga harus memperbaiki diri. Bekali diri dengan pemahaman Islam yang benar, lalu cerminkan karakter Islami dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya berhati-hati dalam memilih idola, juga cermati terlebih dahulu pemikiran-pemikiran yang bersliweran dalam media cetak maupun elektronik.
                Memang, perjuangan kebangkitan kita, pemuda Islam, pastilah menemui banyak aral melintang. Godaan-godaan syahwatpun takkan berhenti menggempur dan menggoyahkan keistiqomahan kita meniti jalan kebenaran. Oleh karena itu, berdoa kepada Allah menjadi senjata utama kita memerangi syahwat-syahwat itu.
                Semoga bermanfaat… J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar