Pernahkah kamu merasa bangga atas prestasi yang kamu raih? Namun, di lain waktu kamu merasa putus asa ketika gagal dalam ujian, menghadapi masalah yang rumit dan bertumpuk, atau pun menghadapi musibah dan cobaan yang datang silih berganti?.
Saya yakin setiap manusia pernah merasakan hal itu, disadari atau pun tidak. Saya pun pernah mengalaminya, bangga ketika kemudahan-kemudahan dalam urusan saya rasakan sehingga dapat meraih apa yang diinginkan tanpa adanya halangan yang berarti. Hati tenang dan senang ketika mendapatkan itu semua. Ada pepatah yang mengatakan Hidup itu ibarat roda pedati. Kadang di atas, kadang di bawah. Saya mencoba memahaminya sebagai dinamika kehidupan yang selalu akan menyertai manusia dalam misinya beribadah di muka bumi.
Sebagai manusia biasa yang mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sudah sepatutnya kita harus menyadari bahwa setiap apa yang kita dapatkan, terutama prestasi baik berupa hanya status maupun perghargaan yang berbentuk materi, semuanya adalah karunia dan nikmat dari Allah SWT. Kita meyakini bahwa kesemua itu adalah kehendak Allah SWT. Tak patut rasanya jika kita sebagai makhluk-Nya menyombongkan diri di hadapan-Nya. Di sinilah rasa syukur kita diuji, apakah kita akan menjadi orang yang terlena dengan prestasi yang kita raih.
"Sesungguhya jika kamu bersyukur,niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka pasti azab-Ku sangat pedih"
(Q.S Ibrahim: 7).
Bersyukur dengan cara memberikan ilmu itu kepada orang lain agar tercipta orang-orang yang baik dan memperbaiki dan ikut andil untuk mengubah dunia ini dengan apa yang Allah utarakan dalam firmannya, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Wahai para peraih prestasi, jangan sampai kita terlena dengan prestasi sehingga kita malas belajar dan memperbaiki diri. Tak salah rasanya jika dalam setiap prestasi yang kita raih, ada bayang-bayang keterlenaan yang akan mengikuti prestasi tersebut. Ketika perasaan itu datang, memohon ampunlah kepada Allah dan meminta-Nya agar kita jauh dari keterlenaan itu.
Dalam arti yang lain, dalam setiap prestasi yang kita raih, ada tuntutan bagi kita untuk mengamalkan ilmu yang berharga itu kepada orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain?.
Teman-teman ku yang insya Allah dirahmati Allah, jika kita senang dan merasa bahagia berada dalam keadaan yang nyaman, itu normal dan hal biasa. Fitrah manusia memang seperti itu adanya, tidak ingin berada dalam keadaan yang menderita.
Akan tetapi, sadarkah teman-teman di situlah ketahanan dan keyakinan akan pertolongan Allah diuji. Ketika berbagai masalah menumpuk dan sulit untuk dipecahkan Allah lah sebaik-baik tempat kita mengadu dan memohon perlindungan.
Ingat kawan,bukankah Allah telah mengingatkan kita dengan firmannya,
"Jangan engkau bersedih,sesungguhnya Allah bersama kita"
(Q.S At-taubah: 40)
Ketika masalah itu datang silih berganti, maka camkan dan katakan dalam hatimu dengan yakin,
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan-Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
(Q.S Al-Insyiroh: 5-6)
Finally, harapan itu masih ada kawan, maka bersemangatlah!!
Sumber: http://www.azzamthetransformer.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar